Apakah lahan Eks Bauksit bisa ditanami pohon kurma???

Wito Date Palm

(Tanjung Pinang, Kepri) – Ribuan hektare lahan pascapenambangan bauksit di Pulau Bintan menghampar luas. Lahan-lahan tersebut bisa kita lihat sejak mulai terbang dari batam ke tanjung pinang. Pertanyaanya dikalangan akemisi dan penggiat pertanian dalah dapatkah dimanfaatkan untuk perkebunan, pertanian apalagi perkebunan kurma.

 

This slideshow requires JavaScript.

Ekspedisi kurma kali ini saya mendapat Undangan dari rekan penggiat kurma nusantara untuk singgah ke Bintan, setelah saya ke bengkalis dan sosialisasi budidaya kurma di banglitbang kab bengkalis, di bengkalis saya temukan kurma mampu tumbuh dengan baik dan berbuah di lahan gambut marin, pasang surut air laut yang asin. Nah ngebolang di Bintan semoga keberuntungan dan atas petunjuk Allah saya bisa menemukan sesuatu yang excited bahwa kurma mampu tumbuh dilahan bintan yang banyak mengandung bauksit…tidak hanya sekedar tumbuh namun juga bisa berbuah. Masya Allah saya ditunjukan rahasia ilmu Allah akan kurma di bumi Indonesia.

Bauksit pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1924 di Kijang, pulau Bintan. Deposit bauksit tersebar utamanya berada di Kepulauan Riau, Bangka dan Belitung dan Kalimantan Barat, sebagian kecil ditemukan di Kalimantan Tengah, Sulawesi Tenggara, Pulau Sumba dan Halmahera. Deposit bauksit di Indonesia umumnya terbentuk dari proses sekunder berupa pelapukan (laterisasi) batuan beku yang kaya akan mineral yang mengandung Aluminium (feldspar) seperti granodiorit, diorite, gabbro, andesit dan granit. Pada umumnya bauksit terdiri atas 3 mineral utama sumber aluminium hidrat yaitu gibsit, boehmite, dan diaspora.

 

Realita yang terjadi di pulau Bintan, provinsi Kepulauan Riau, memang sudah banyak lahan yang berubah tandus dan kritis akibat aktivitas pertambangan bauksit yang berlangsung selama bertahun-tahun. Di lahan-lahan eks tambang bauksit tersebut tidak dilakukan penghijauan kembali (reboisasi) dan penanaman kembali (revegetasi) dengan tanaman produktif. Tapi dibiarkan begitu saja  ditumbuhi ilalang dan kemudian sejenis tanaman akasia tanpa ada upaya  rehabitalisasi menjadi lahan pertanian dan perkebunan sehingga nilai ekonomisnya  bermanfaat.

Banyak pihak yang meragukan bahkan menganggap sebuah kemustahilan jika lahan bekas tambang bauksit yang gersang dan cenderung berbatu tersebut bisa ditanami. Terlebih lagi tanaman pangan. Anggapan tersebut bisa dimengerti mengingat selama ini sejumlah upaya pemda dan perusahaan untuk menanaminya tak kunjung berhasil.

Itu dulu. Alasan itu sudah usang, klise, kuno, atau apalah istilahnya. Kini tidak ada alasan lagi, karena sejatinya tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini bagi manusia yang berfikir dan punya kemauan dan tekad kuat menghijaukan bumi.

 

This slideshow requires JavaScript.

Faktanya saya melihat dengan kepala sendiri di sebagian Bintan dan Pulau penyengat kurma tumbuh dengan subur dan mampu berbuah bahkan, saya di ajak rekan saya di bintan yang membina kelompok tani yang tergabung dalam koperasi petani di wakacopek yang menanam melon dan cabai dilahan eks bauksit. Hamparan tanaman melon dan cabai dengan sistem pengairan drip irigation tertata rapi dengan baik. kami pun mensurvey beberapa lokasi di Bintan dan pulau penyengat memang banyak warga yang menanam pohon kurma di depan rumahmya yang tumbuh dengan baik di Bintan dan di rumah sektretaris LAM (Lembaga Adat melayu) pohon kurma mampu berbuah, walaupun belum maksimal karena belum adanya perawatan yang baik.

This slideshow requires JavaScript.

“Tidak ada alasan lagi mempermasalahkan lahan tandus karena sekarang sudah ada teknologinya. Kita sangat bisa dan besar berkemungkinan mampu berswasembada pangan. Tidak perlu lagi bergantung kepada luar daerah atau luar negeri, kalau kita ada kemauan.” Bahkan saya dikenalkan dengan ketua HIPMI tanjung pinang dari kenalan saya saat saya transit di Bintan, insha Allah kedepan bisa Kolaboraksi dengan pengusaha-pengusaha HIPMI Bintan dan Putra daerah Bintan Koperasi tani Arum Sumber Makmur dalam memanfaatkan potensi alam Bintan yang belum tergarap secara optimal “Salam Kurma”