Kebun Kurma Thailand

Budidaya perkebunan kurma saat ini sedang marak dikembangkan di Indonesia, hal ini dipicu oleh keberhasilan thailand mengebunkan kurma skala perkebunan dan berhasil dengan baik. Thailand  melakukan eksperimen kurma kurang lebih 20 tahun terakhir dan mereka cukup berhasil di Asia Tenggara yang nota bene adalah iklim Tropis. Indonesi yang juga negara Tropis Tetangga Thailand dan Mayoritas muslim tersentak dengan keberhasilan Thailand mengembangkan kurma yang habitat aslinya adalah tanaman gurun pasir. Ini membuat penggiat kurma di Indonesia merasa tersengat dan tertantang untuk bisa dan mampu menerapkanya di Indonesia, maka dalam 2-3 tahun terakhir ini banyak penggiat kurma Indonesia belajar ke Thailand.

Di dukung Ahli Kurma Timur Tengah Ir Abdell Gawwad Mesir

Bahkan dalam 2 tahun terakhir banyak ahli-ahli kurma dunia khususnya Timur tengah datang ke Indonesia berbagi  Ilmu tentang budidaya kurma, juga para pekebun-pekebun kurma di Thailand seperti mr. Kolak, Anucha dan terakhir mr. Heng berbagi kiat dan Tips ilmu budidaya kurma. Namun ada satu pertanyaan besar yang menghantui pekebun-pekebun kurma Indonesia lahan-lahan luas  di Luar Jawa seperti Sumatra, Kalimantan, Maluku dan Papua adalah lahan Gambut dan rawa-rawa hanya Jawa saja lahan pertanian yang cukup ideal. Misteri itu adalah apakah kurma mampu tumbuh dengan baik dan berbuah dengan  di lahan Gambut dan Rawa serta pasang surut air asin???

Habitat Asli Kurma

Habitat Asal Pohon Kurma

Kurma, (Arab: تمر‎, Tamr; nama latin Phoenix dactylifera) adalah tanaman palma (Arecaceae) dalam genus Phoenix, buahnya dapat dimakan. Walaupun tempat asalnya tidak diketahui karena telah sejak lama dibudidayakan, kemungkinan tanaman ini berasal dari tanah sekitar Teluk Persia[1]. Pohonnya berukuran sedang dengan tinggi sekitar 15-25 m, tumbuh secara tunggal atau membentuk rumpun pada sejumlah batang dari sebuah sistem akar tunggal. Daunnya memiliki panjang 3-5 m, dengan duri pada tangkai daun, menyirip dan mempunyai sekitar 150 pucuk daun muda; daun mudanya berukuran dengan panjang 30 cm dan lebar 2 cm. Rentangan penuh mahkotanya berkisar dari 6-10 m. Habitat asli pohon kurma adalah yang berasal dari jazirah Arab dan Afrika Utara. Dia merupakan tumbuhan gurun yang tahan panas, kelembapan rendah dan udara kering. Namun untuk bisa tumbuh dengan baik, pohon kurma tetap memerlukan air. Itulah sebabnya kurma tumbuh di dekat oasis atau kawasan yang memperoleh pengairan teknis. Tumbuhan ini sudah dibudi dayakan semenjak ribuan tahun sebelum Masehi. Saat ini kurma telah menyebar ke India, Cina, AS (California),  Australia dan Thailand di Asia Tenggara. Bagimana dengan lahan Gambut, Rawa dan Pasang Surut air Asin di Indonesia.

Lubang Hasil Penambangan

Pembangunan gedung, perambahan dan perusakan hutan untuk areal pemukiman dan kawasan industria benar-benar menyebabkan air yang jatuh dari langit tak dapat diserap secara maksimal oleh tanah dan menyebabkan banjir teruatam di kota-kota besar dan yang sedang berkembang. Pohon kurma merupakan salah satu solusi untuk menangkal banjir, menahan abrasi laut dan menghijaukan kembali lahan-lahan gundul karena memiliki kemampuan menyerap air lebih banyak.

This slideshow requires JavaScript.

Pohon kurma tidak membutuhkan tanah yang terlalu subur dan dapat hidup di semua kondisi tanah bahkan ekstrim sekalipun: tanah liat, tanah berkapur, tanah gambut, rawa, pasang surut air asin dan tanah berpasir. Curah hujan yang ideal untuk pohon kurma kurang dari 700 mm per tahun, kedalaman air tanah sekitar tiga hingga tujuh meter, suhu rata-rata 7 derajat celsius hingga 60 derajat celsius bagi iklim panas sampai dingin, sedangkan ketinggian -400 meter di bawah permukaan laut dan 1800 meter diatas permukaan air laut (data FAO) .

FAO LATITUDE DATE PALM-1

Namun pohon kurma tidak akan tahan terhadap daerah yang memiliki kadar asam yang tinggi. Akar kurma dapat tumbuh di kedalaman tiga hingga dua belas meter, sedangkan pohon kurma bisa ditanam di daerah yang relatif kering dan tidak perlu perawatan yang intensif. Berkat kemampuan untuk mengikat air, pohon kurma dapat membantu kelestarian lingkungan, terutama bagi penghijauan di lereng gunung serta bekas galian tambang dan sungai serta rawa-rawa. Asumsi yang mengatakan bila pohon kurma hanya mampu hidup dan berbuah di daerah padang pasir, daerah dengan iklim panas, sesunggunya asumsi yang salah besar. Pohon kurma dapat tumbuh dan hidup hampir di seluruh daerah Indonesia, bahkan di areal gambut dangkal ( untuk gambut dalam lebih dari 5 m sedang di teliti oleh penggiat kurma Riau), tanah mineral, raw-rawa dan pasang surut air laut.

Kegunaan akar pohon kurma selain untuk mengikat air, ialah mencegah intrusi air laut, meningkatkan storage untuk menyimpan air tawar, dan meningkatkan permukaan tanah atau water table. Intrusi air asin adalah pergerakan air asin ke akuifer air tawar yang memicu kontaminasi sumber air minum. Intrusi air asin dapat terjadi secara alami hingga derajat tertentu pada sebagian besar akuifer pantai. Penyebab utamanya ialah adanya hubungan hidrolik antara air tanah dan air laut. Bahwa air asing memiliki kadar mineral yang lebih tinggi daripada air tawar, maka air laut memiliki massa jenis yang jauh lebih tinggi dan memiliki tekanan air yang lebih besar pula. Hal tersebut menyebabkan air asin bergerak menuju air tawar. Beberapa penyebab intrusi air dikarenakan aktivitas manusia yang memompa air tanah dari akuifer pantai yang dapat meningkatkan intrusi air laut dan tekanan air tanah berkurang dan relatif lebih kecil dibandingkan dnegan tekanan dari air laut. Penyebab intrusi air asin lainnya yaitu kanal navigasi dan drainase yang menciptakan celah bagi air laut bergerak ke daratan melewati permukaan dan melalui pasang surut air. Intrusi air laut juga dapat terjadi pada kondisi cuaca ekstrem seperti badai dan ombak besar. Berkat pohon kurma, diharapkan air tawar dapat bermunculan di mana saja dan saat hujan jatuh dari langit, airnya dapat terserap berkat soil storage-nya membaik, serta terus ke bawah untuk memperbaiki water table. kurma sepertinya cocok iklim pantai yang panas dan pohon kurma bisa dijadikan vegetasi penahan abrasi dan gelombang seperti bakau, karena kurma juga suka akan air asin.

Pasang Surut

Zona Pasang Surut

Pasang surut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan airlaut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarikmenarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil. Pada lahan pasang surut ini, pengelolaan air MUTLAK dilakukan agar mediatumbuh tanaman sesuai dan tanaman dapat tumbuh subur.Menurut Newton pasang surut adalah gerakan naik turunnya air laut terutamaakibat pengaruh adanya gaya tarik menarik antara satu massa bumi dan massa benda-benda angkasa, khususnya bulan dan matahari. Gaya tarik menarik ini berbanding lurusdengan massanya dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Jarak bumi-bulanlebih dekat dibandingkan dengan jarak bumi-matahari, maka gaya tarik menarik yang diakibatkan oleh bulan akan lebih besar 2,18 kali daripada gaya yang diakibatkan olehmatahari, walaupun massa matahari jauh lebih besar. Selain itu perputaran bumi padaporosnya (rotasi) akan menghasilkan gaya sentrifugal yang merupakan fungsi darikecepatan sudut rotasi dan jarak terhadap sumbu bumi. Akibat dari pengaruh gaya tarikmenarik dan gaya sentrifugal karena rotasi bumi, maka titik-titik massa di bumi dalamkeadaan setimbang (Teori Keseimbangan Pasut / tides equilibrium theory).Dengan demikian maka terdapat beberapa gaya pembangkit pasang surut, yaitugaya tarik menarik antara bumi, bulan dan matahari serta gaya sentrifugal yangmempertahankan kesetimbangan dinamik dari seluruh sistem yang ada.1.

Tipe Pasang surutPasang surut ini sendiri terbagi menjadi 3 tipe yaitu Pasang Harian, PasangBulanan dan Pasang Tahunan:

Baru-baru ini saya mengunjungi pulau bengkalis di Riau  dalam rangka sosialisasi budidaya kurma di bengkalis, dari banyak pertanyaan yang masuk dari pasar peserta adalah Apakah pohon kurma mampu tumbuh di Bengkalis yang lahanya cenderung, gambut, rawa-rawa danpasang surut air asin, saya menjawab bisa berdasar data di Al Quran pohon kurma tidak secara spesifik disebutkan adalah tumbuhan Timur Tengah dan Gurun Pasir tapi disebut sebagai Tanaman Global artinya mampu hidup dan tumbuh dibelahan bumi manapun.

 

This slideshow requires JavaScript.

Setelah acara sosialisasi di banglitbang Bengkalis saya di ajak menuju Lab Kultur Jaringan Kab bengkalis yang lokasinya jauh di luar kota bengkalis mendekati areal pantai jarak ke pantai 500-1000 m dengan tipe lahan adalah lahan pasang surut dan gambut dangkal.

This slideshow requires JavaScript.

Alhamdulillah Allah bukakan sedikit rahasia ilmu dekat lab kuljar kab bengkalis banyak pohon kurma tumbuh liar disamping vegetasi tumbuhan rawa dan bakau….ada beberapa titik  yang bisa saya inpeksi lebih lima titik dimana kondisi lahanya adalah pasang surut air asin dan gambut dangkal, dan maha suci Allah saya ditunjukan satu pohon kurma di lahan pasang surut yang tumbuh dengan baik dan pernah berbuah serta sekarang sedang keluar bunga, setelah saya check kondisi tanah dan ph-nya membuat saya kaget PH tanah 4 dengan kondisi air  yang kecoklatan…..bahkan PH tanah deket aliran air bisa 3 dan dibawah 3, padahal air ini saat pasang akan naik menggenangi tanaman kurma yang hidup tersebut, namun kurma tetap sehat dan mampu berbunga dan berbuah, namun belum maksimal karena ketidaktahuan penduduk yang menanam dalam perawatan dan pollenasi agar buahnya maksimal.

This slideshow requires JavaScript.

Jenis Lahan Wilayah Bengkalis

Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti terbagi atas wilayah daratan dan lautan yang mencakup gugusan pulau besar dan kecil yaitu Pulau Sumatera, Bengkalis, Padang, Merbau, Tebing Tinggi, Rangsang dan Rupat. Kawasan ini merupakan dataran pantai pasang surut yang dipengaruhi langsung oleh aktivitas air laut. Daerah dengan kondisi demikian memiliki lingkungan air asin dan air payau yang memungkinkan vegetasi magrove (bakau) berkembang. Sebagian besar Wilayah Kabupaten Bengkalis-Meranti didominasi oleh topografi yang relatif datar. Kemiringan lereng berkisar antara 0 – 2 %, kecuali pada beberapa bagian kecil di Kecamatan Mandau, Pinggir dan Bukit Batu yang memiliki kemiringan lereng antara 2 – 15 %. Dengan demikian landform di wilayah ini didominasi oleh kelompok kubah gambut dan kelompok gambut marin. Kelompok kubah gambut berkembang dari endapan organik dan semakin tebal jika semakin jauh dari pantai. Gambut yang dipengaruhi air laut mempunyai potensi sulfat masam. Sedang kelompok marin berkembang dari endapan mineral yang dipengaruhi pasang surut air laut dan mempunyai lebar bervariasi antara 0,5 – 5 km. Daerah lahan basah ini merupakan hasil proses sedimentasi estuarin dan perimarin (kuala), terlihat dari adanya pelebaran pantai yang disebabkan oleh penambahan bahan endapan dan proses angkutan. Semua endapan marin diendapkan pada lingkungan daerah bergaram atau payau. Sehingga tanahnya mengandung garam dan berlumpur, terutama pada daerah yang masih muda dengan vegetasi mangrove. Sebagian besar daerah ini mempunyai drainase terhambat, tanahnya belum matang atau setengah matang (half ripe) mengandung pirit yang membentuk tanah sulfat masam atau potensial sulfat masam

Lahan Gambut

Pengertian Tanah Gambut Tanah di lahan rawa dapat berupa aluvial atau gambut. Tanah aluvial merupakan endapan yang terbentuk dari campuran bahan-bahan seperti lumpur, humus, dan pasir dengan kadar yang berbedabeda. Gambut merupakan hasil pelapukan bahan organik seperti dedaunan, ranting kayu, dan semak dalam keadaan jenuh air dan dalam jangka waktu yang sangat lama (ribuan tahun).

Di alam, gambut sering bercampur dengan tanah liat. Tanah disebut sebagai tanah gambut apabila memenuhi salah satu persyaratan berikut (Soil Survey Staff, 1996):

  1. Apabila dalam keadaan jenuh air mempunyai kandungan C-organik paling sedikit 18% jika kandungan liatnya >60% ATAU mempunyai kandungan C-organik 12% jika tidak mempunyai liat (0%) ATAU mempunyai kandungan C-organik lebih dari 12% + % liat x 0,1 jika kandungan liatnya antara 0 – 60%;
  2. Apabila tidak jenuh air mempunyai kandungan C-organik minimal 20%. Lahan Gambut dan Bergambut Tanah gambut secara alami terdapat pada lapisan paling atas. Di bawahnya terdapat lapisan tanah aluvial pada kedalaman yang bervariasi.

Lahan dengan ketebalan tanah gambut kurang dari 50 cm disebut sebagai lahan atau tanah bergambut. Disebut sebagai lahan gambut apabila ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Dengan demikian, lahan gambut adalah lahan rawa dengan ketebalan gambut lebih dari 50 cm. Perdasarkan kedalamnya, lahan gambut dibagi menjadi empat tipe, yaitu:

  1. Lahan gambut dangkal, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 50-100 cm;
  2. Lahan gambut sedang, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 100-200 cm;
  3. Lahan gambut dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut 200-300 cm;
  4. Lahan gambut sangat dalam, yaitu lahan dengan ketebalan gambut lebih dari 300 cm.

Lahan Rawa Potensial dan Sulfat Masam

Lahan rawa yang tidak memiliki lapisan tanah gambut dan tidak memiliki lapisan pirit (kadarnya<0,75%), atau memiliki lapisan pirit pada kedalaman lebih dari 50 cm disebut sebagai lahan rawa potensial. Lahan ini merupakan rawa paling subur dan potensial untuk pertanian.

Tanah yang mendominasi lahan rawa tersebut adalah tanah aluvial hasil pengendapan yang dibawa oleh air hujan, air sungai, atau air laut.Lahan rawa yang tidak memiliki tanah gambut dan kedalaman lapisan piritnya kurang dari 50 cm disebut sebagai lahan aluvial bersulfida dangkal atau sering disebut lahan sulfat masam potensial.

Pirit (FeS ) merupakan senyawa 2 yang terbentuk dalam suasana payau. Lapisan tanah yang mengandung pirit lebih dari 0,75% disebut sebagai lapisan pirit. Menurut Wijaya Adhi (2000), adanya lapisan pirit pada lahan dapat diketahui dari tanda-tanda sebagai berikut: ! Lahan dipenuhi oleh tumbuhan purun tikus ! Di tanggul saluran terdapat bongkah-bongkah tanah berwarna kuning jerami unsur besi dan aluminium akan larut hingga meracuni tanaman. Lahan yang lapisan piritnya sudah teroksidasi sering disebut sebagai lahan bersulfat atau lahan sulfat masam aktual. Lahan seperti ini tidak direkomendasikan untuk budidaya pertanian. Lahan Salin Sebagian lahan pasang surut sering mendapat pengaruh salinitas air laut terutama pada musim kemarau.

Pengaruh salinitas ini bisa terjadi secara langsung karena air laut mengalir ke daratan, masuk melalui sungai pada waktu pasang, atau berlangsung karena adanya intrusi (perembesan). Lahan pasang surut yang salinitas air (kadar garamnya) lebih dari 0,8% disebut sebagai lahan salin atau pasang surut air asin. Lahan seperti itu, biasanya didominasi oleh tumbuhan bakau. Apabila kadar garamnya hanya tinggi pada musim kemarau selama kurang dari 2 bulan, disebut sebagai lahan salin peralihan. Lahan salin peralihan ditandai oleh banyaknya tumbuhan nipah. (jarosit) ! Di saluran drainase, terdapat air yang mengandung karat besi berwarna kuning kemerahan ! Apabila lapisan pirit dikeringkan, akan berubah warna menjadi kuning karat seperti jerami.

Apabila pirit disiram dengan larutan hydrogen peroksida (H O ) 30%, akan berbuih. 2 2 Dalam keadaan tergenang, senyawa pirit tidak berbahaya. Tetapi dalam keadaan kering, senyawa pirit akan teroksidasi. Bila terkena air, pirit yang teroksidasi akan menjadi asam sulfat atau sering disebut air aki/air keras yang sangat asam. Akibatnya, akar tanaman akan terganggu, unsur hara sulit diserap oleh tanaman, serta Tidak banyak jenis tanaman yang dapat hidup di lahan salin. Lahan seperti ini direkomendasikan untuk hutan bakau/mangrove, budidaya tanaman kelapa, dan tambak. Khusus untuk tambak, harus memenuhi persyaratan adanya pasokan air tawar dalam jumlah yang memadai sebagai pengencer air asin.

Faktor-faktor Pembatas Faktor pembatas atau penghambat utama pengelolaan pertanian di lahan rawa gambut meliputi genangan air, tingginya kemasaman tanah (pH tanah rendah), adanya zat beracun, rendahnya kesuburan tanah; kondisi fisik lahan seperti bobot isi tanah yang ringan, tingkat kematangan dan ketebalan gambut. Kendala yang sering dijumpai pada lahan lebak terutama adalah datangnya genangan air banjir yang tidak menentu dan mendadak. Pada lahan salin faktor penghambatnya berupa zat beracun seperti alumunium, besi, pirit (FeS ) dan 2 garam-garam. Kendala biologis yang umum ditemukan di lahan rawa gambut adalah serangan hama tanaman terutama tikus babi hutan dan burung, sedangkan penyakit yang sering menyerang adalah blas dan busuk pelepah.

Lahan rawa gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang mempunyai potensi cukup baik untuk pengembangan budidaya pertanian dan perkebunan. Namun pengelolaannya harus
dilakukan secara bijak agar kelestarian sumber daya alam ini dapat dipertahankan. Dengan
mengenal tipe lahan rawa gambut maka akan dapat dibuat perencanaan yang lebih baik dalam mengelola lahan secara bijaksana.

Ke depan dengan banglitbang kabupaten bengkalis, kurma-kurma liar yang tumbuh di lahan gambut dangkal dan pasang surut, pemiliknya akan dibina tentang perawatan pohon kurma yang baik dan benar , agar tumbuh dengan baik dan berbuah dengan maksimal dan rasa yang manis, agar menjadi laboratorium Alam pengembangan dan penelitian kurma di lahan gambut  Indonesia dan bermanfaat sebagai khasanah Ilmu bagi akademisi, peneliti. masyarakat petani kurma dan  penggiat kurma di Nusantara.

Salam Ngebolang Kurma Indonesia “Salam Kurma “

Hendra Andiarto (0823-1028-9784)