Kurma tidak lagi identik dengan tanaman gurun. Kurma iklim tropis, kultivar Barhee, berbuah umur 3 tahun asal perbanyakan kultur jaringan. Produktivitas pada panen perdana 100 kg per pohon. Seiring pertambahan umur, produksi meningkat. Pohon kurma berumur 7 tahun menghasilkan 250 kg buah per tahun. Bahkan di mesir varietas barhee ini bisa 500 kg buah perpohon/tahun.

Di Thailand kurma atau Phoenix dactylifera dibudidayakan di dataran rendah seperti di Pathumthani, Suphanburi, Nakonratchasima, hingga dataran tinggi Chiangmai. Di berbagai ketinggian tempat itu terbukti dapat berbuah optimal. Barhee juga berpotensi berbuah pada umur 3 tahun, di Indonesia yang beriklim hampir sama dengan negeri Gajah Putih itu tentu juga bisa. Bahkan Peru, Chili dan Meksiko yang tropis pun telah kembangkan kurma.

Kurma memiliki segudang keunggulan, yakni perawatan mudah, produksi tinggi, daya simpan buah lama bisa 2 tahun dengan pengepakan yang baik, dan buah dapat dikonsumsi segar maupun kering. Buah kurma pun dapat diolah menjadi beragam menu nan lezat, berkhasiat untuk kesehatan, dan harga jual tinggi. Pada 2015 harga kurma segar di tingkat pekebun berkisar 500—600 baht setara Rp200.000—Rp240.000 per kilogram. Dengan asumsi panen 100 kg per pohon, omzet pekebun minimal Rp20-juta per musim per pohon. Bayangkan jika pekebun memiliki 100 pohon, omzet melambung hingga Rp2-miliar per tahun. Sungguh peluang budidaya yang sangat menggiurkan.

Pemandangan di kebun kurma itu sungguh memanjakan mata. Deretan pohon setinggi 3 m memamerkan tandan-tandan yang digelayuti ratusan buah. Pekebun menggunakan tali atau kayu untuk menahan tandan supaya buah tidak menyentuh tanah. Harap mafhum, bobot setiap tandan mencapai 10—20 kg. Satu pohon rata-rata menghasilkan 5—8 tandan. Kita cukup mengulurkan tangan untuk menyentuh buahnya.

Si empunya kebun, Pratin Apichatsanee, mengatakan, tanaman mulai berbuah umur 3 tahun. Ini kali kedua bankir yang berkebun kurma di Provinsi Nakhonrachasima, Thailand, itu memanen buah. Kurma berbuah di Thailand yang tropis?

Ya, kurma tropis kini tengah digadang-gadangkan sebagai salah satu produk andalan terbaru Negeri Gajah Putih. Informasi tentang kehadiran kurma tropis sudah Trubus dengar sejak setahun silam saat dipamerkan di sebuah ekshibisi pertanian. Sayang musim panen telah lewat. Kini kesempatan kedua tidak disia-siakan. Pada pengujung Agustus 2015 dua wartawan Trubus, Rosy Nur Apriyanti dan Andari Titisari, terbang ke negeri Siam untuk menyambangi kebun-kebun kurma tropis. Perjalanan selama satu pekan itu menyusuri kebun-kebun inthapalam—sebutan kurma di sana—di Suphanburi, Ayutthaya, Nakhonratchasima, Pathumtani, dan Kanchanaburi.

panen kurma

Buah segar di kebun produksi bahkan sudah habis dipesan sebelum panen. Harga jual relatif tinggi 800 baht setara Rp320.000 per kg. Kalaupun sampai ke pasar hanya ada di ritel modern seperti Siam Paragon atau pasar tradisional kelas atas seperti Ortokor di pusat kota Bangkok.

Dua belas tahun silam wartawan Trubus, Sardi Duryatmo, memetik kurma di salah satu kebun produksi di Israel. Israel dan negara Timur Tengah lain yang beriklim bergurun selama ini memang sebagai penghasil kurma dunia. Kini kurma bisa diproduksi di negeri tropis seperti Thailand, dan berpotensi dikebunkan di tanah air.

 

Menuju kedaulatan dan ketahanan pangan, maklum nilai import kurma kita tiap tahun terus meningkat setidaknya 1 T lebih pertahun dibelanjakan untuk buah coklat manis ini, data BPS tiap menjelang bulan puas.

 

Apakah Indonesia tertinggal, oh tidak geliat menanam kurma dan melihat keberhasilan petani-petani Thailand. petani Indonesia pun menggeliat untuk menanamnya di tanah air. Indonesia telah menunjukkan keberhasilan mengejar ketertinggalanya dari negeri gajah putih.

Sumber : Majalah Trubus, Asosiasi Petani Kurma Indonesia, facebook dan sumber lainya